JAKARTA, gen-idn.com – Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan YARSI Scientific Meeting and Exhibition (YASMINE) 2025, Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas YARSI menggelar diskusi panel bertajuk “Integrasi Pendekatan Sistemik dalam Praktek Kedokteran Gigi: Dari Anamnesis hingga Deteksi Dini.” di Jakarta 11 Oktober 2025.
Diskusi ini menyoroti pentingnya pemahaman menyeluruh antara hubungan kondisi rongga mulut dan kesehatan sistemik tubuh, serta mendorong kolaborasi lintas disiplin antara kedokteran gigi dan kedokteran umum.
Tiga narasumber ahli di bidangnya hadir membawakan materi dari perspektif yang berbeda namun saling melengkapi, yaitu: Dr. drg. Chaerita Maulani, Sp.Perio. membahas keterkaitan manifestasi oral dengan penyakit sistemik yang dapat terdeteksi melalui pemeriksaan klinis.
Narasumber lainnya drg. Audiawati Surachmin, Sp.PM. memaparkan pentingnya keterampilan anamnesis dan identifikasi gejala awal pada pasien di praktek sehari-hari. Dan dr. Nadya R. V. Barus, M.Sc., Sp.PD. memberikan pandangan dari sisi kedokteran penyakit dalam mengenai hubungan antara gangguan sistemik dan kesehatan rongga mulut.
Ketua Panitia YASMINE 202 drg. Agus Ardinansyah, S.H., M.Pd.Ked., menyampaikan bahwa sesi ini mencerminkan arah baru dalam pendidikan dan praktek kedokteran gigi modern.
“Kedokteran gigi tidak bisa berdiri sendiri. Kesehatan rongga mulut sangat erat kaitannya dengan kondisi sistemik tubuh. Melalui YASMINE 2025, kami ingin menegaskan pentingnya sinergi antara kedokteran gigi dan kedokteran umum dalam pelayanan kesehatan yang menyeluruh,” ujar drg. Agus.
Para pembicara dalam paparannya, menegaskan bahwa dokter gigi memiliki peran strategis untuk mendeteksi dini penyakit sistemik melalui pemeriksaan oral. Banyak kondisi seperti diabetes melitus, anemia, gangguan hormonal dan efek obat-obatan dapat menimbulkan perubahan pada jaringan rongga mulut, termasuk pembesaran gingiva dan ulserasi mukosa.
“Rongga mulut sering kali menjadi jendela pertama mendeteksi penyakit sistemik. Dokter gigi harus memiliki kepekaan klinis dan wawasan medis yang luas agar dapat mengenali tanda-tanda tersebut sejak awal,” jelas drg. Chaerita Maulani, Sp.Perio.
Yang Komprehensif
Sementara itu, drg. Audiawati Surachmin, Sp.PM. menekankan pentingnya anamnesis yang komprehensif dan komunikasi efektif dalam memperoleh informasi medis yang relevan dari pasien.
“Kualitas anamnesis sangat menentukan arah diagnosis. Melalui pendekatan sistemik, dokter gigi tidak hanya mengobati keluhan lokal, tetapi juga melihat pasien secara utuh,” jelasnya.
dr. Nadya R. V. Barus, M.Sc., Sp.PD yang juga sebagai dokter di RS YARSI menambahkan bahwa kerjasama antarprofesi menjadi kunci pelayanan kesehatan modern.
“Kesehatan mulut dan kesehatan sistemik saling berkaitan erat. Kolaborasi dokter gigi dan dokter penyakit dalam akan meningkatkan efektivitas diagnosis dan pengobatan pasien secara menyeluruh,” ungkapnya.
Diskusi panel ini mendapat antusiasme tinggi dari peserta yang terdiri atas dokter gigi, mahasiswa dan praktisi kesehatan. Para narasumber sepakat bahwa pendekatan sistemik dalam kedokteran gigi bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang komprehensif, aman dan berbasis bukti.
“Integrasi pengetahuan lintas bidang menjadi fondasi penting untuk mewujudkan praktek kedokteran gigi modern yang berorientasi pada keselamatan pasien,” tutup moderator dalam sesi akhir diskusi.
YASMINE 2025 kembali menegaskan komitmen FKG YARSI untuk memperkuat peran dokter gigi Indonesia sebagai tenaga profesional yang kompeten, etis dan adaptif terhadap perkembangan ilmu kedokteran terkini.
RM
“Dokter gigi harus memiliki kepekaan klinis dan wawasan medis yang luas agar dapat mengenali tanda-tanda tersebut sejak awal,” jelas drg. Chaerita Maulani, Sp.Perio. Foto: RM.
Artikel ini sudah terbit di jurnal-idn.com


















