ISTANBUL, jurnal-idn.com – Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, mengatakan bahwa beberapa isu dalam rencana Presiden AS Donald Trump untuk Gaza “memerlukan klarifikasi dan negosiasi.”
“Rencana yang diusulkan Trump mencapai tujuan utama dengan mengakhiri perang, tetapi ada beberapa isu yang memerlukan klarifikasi dan negosiasi,” kata Al Thani kepada televisi Al Jazeera yang berbasis di Doha, Selasa (30/9/2025).
“Kami berharap semua orang akan mempertimbangkan rencana tersebut secara konstruktif dan memanfaatkan kesempatan untuk mengakhiri perang,” ujarnya.
Perdana Menteri Qatar itu mengatakan bahwa Doha belum menerima tanggapan Hamas atas rencana tersebut. “Kami belum mengetahui tanggapan Hamas terhadap rencana yang membutuhkan konsensus dengan faksi-faksi Palestina,” ungkapnya.
Al Thani mengatakan bahwa mediator Qatar dan Mesir telah menjelaskan kepada Hamas pada pertemuan Senin bahwa tujuan utama mereka adalah menghentikan perang.
“Fokus utama Qatar saat ini adalah bagaimana mengakhiri penderitaan warga Palestina di Gaza,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa prioritas negaranya adalah “mengakhiri perang, kelaparan dan pengungsian di Gaza.”
“Apa yang disampaikan kemarin adalah prinsip-prinsip dalam rencana yang memerlukan pembahasan rinci dan cara penyelesaiannya,” tegasnya.
Mencapai Solusi Dua Negara
PM Qatar itu mengatakan bahwa negara-negara Arab dan Islam telah melakukan segala upaya “untuk memastikan bahwa warga Palestina tetap berada di tanah mereka dan mencapai solusi dua negara.”
“Fase saat ini penting dan merupakan bagian dari negosiasi yang tidak diharapkan menghasilkan bahasa yang sempurna. Jalan yang ada saat ini harus dibangun dan dibuat efektif serta berhasil,” tuturnya.
Pada Senin (29/9/2025), Trump meluncurkan rencana 20 poin untuk mengakhiri perang Israel di Gaza yang dikemukakannya pada konferensi pers di Gedung Putih bersama pemimpin Israel Benjamin Netanyahu.
Rencana tersebut menyerukan pembebasan semua tawanan Israel dengan imbalan puluhan tahanan Palestina, pelucutan senjata Hamas sepenuhnya, penarikan pasukan Israel secara bertahap dan pembentukan komite Palestina yang teknokratis dan apolitis untuk memerintah wilayah itu.
Jalan menuju penentuan nasib sendiri dan kenegaraan Palestina diuraikan dalam rencana tersebut sebagai sebuah kemungkinan — tetapi bukan jaminan.
Tentara Israel telah menewaskan lebih dari 66.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, di Gaza sejak Oktober 2023. Pengeboman yang tak henti-hentinya membuat wilayah Gaza tidak layak huni dan menyebabkan kelaparan serta penyebaran penyakit.
NAS
PM merangkap Menlu Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, pada Minggu (19/1/2025) menyerukan gencatan senjata Gaza dan pertukaran tahanan. Foto: Ant.
Artikel ini sudah terbit di jurnal-idn.com


















