BANDUNG, gen-idn.com – Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop) Farida Farichah mendukung Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Al-Ittifaq yang telah mengkonsolidasikan koperasi-koperasi di sekitar Bandung dan bahkan dari luar Jawa Barat, khususnya di bidang bahan pangan hortikultura dan buah-buahan.
“Keberadaan Kopontren Al-Ittifaq mampu mendukung koperasi-koperasi sekitar dan memiliki fokus utama pengembangan di koperasi produksi,” katanya saat kunjungan kerja ke Kopontren Al-Ittifaq di Bandung, Jawa Barat, Rabu (5/11/2025).
Wamenkop menjelaskan, produk hasil panen koperasi ini telah menembus pasar modern serta masyarakat umum, termasuk menjadi pemasok di program Makan Bergizi Gratis (MBG). “Yang menarik dari Kopontren Al-Ittifaq adalah, kemampuannya mengkonsolidasikan para petani dan masyarakat sekitar untuk bersinergi memperluas pemasaran produk hasil panen,” jelasnya.
Selain sebagai koperasi produksi, Al-Ittifaq juga berperan sebagai inkubator bisnis, menjadi salah satu dari enam inkubator yang didukung oleh Kementerian Koperasi (Kemenkop). Koperasi ini juga menjadi tempat pelatihan dan pendidikan bagi anggota Koperasi Desa/Kelurahan (Kopdes) Merah Putih.
Sebanyak 114 peserta Kopdes Merah Putih dijadwalkan mengikuti program magang di Al-Ittifaq pada akhir November hingga Desember mendatang. “Harapannya, para peserta magang Kopdes tidak hanya memperoleh ilmu dan pengalaman praktek, tetapi juga meniru dan mengembangkan ekosistem koperasi yang sudah berjalan dengan baik di pesantren ini ketika kembali ke daerah asal mereka,” urainya.
Pendampingan dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) Kemenkop turut mendukung keberhasilan ekosistem koperasi di Al-Ittifaq. Kemenkop berharap, model koperasi ini dapat direplikasi di pesantren-pesantren lain agar bisa lebih berdaya dan mandiri secara ekonomi.
Wamenkop juga menegaskan pentingnya jaringan pesantren yang kuat untuk menjadi jaringan pasok pangan dan memperkuat perekonomian nasional. “Kita berharap pesantren-pesantren lain dapat belajar dari Al-Ittifaq dan menduplikasi modelnya di pesantren lain, sehingga terbentuk jaringan ekonomi pesantren yang kokoh,” ujarnya.
Berperan Sebagai Agregator
Al-Ittifaq kini juga berperan sebagai agregator yang memfasilitasi kolaborasi antara Kopdes Merah Putih dan koperasi eksisting di sekitar wilayah tersebut. Dengan kolaborasi ini, kekuatan koperasi di tingkat lokal semakin diperkuat.
“Kami yakin, dengan sinergi seperti ini, Indonesia dapat mencapai visi Indonesia Emas 2045, dengan pondok pesantren sebagai salah satu titik tolak penguatan ekonomi nasional,” ucap Farida Farichah.
Ketua Kopontren Al-Ittifaq Ustad Irawan menyambut baik kunjungan Wamenkop ke Kopontren Al-Ittifaq. Hal tersebut menjadi salah satu bukti bahwa pesantren bukan hanya sebagai lembaga pendidikan, lembaga dakwah, tapi juga pesantren dengan kelembagaan koperasi mampu menjawab berbagai permasalahan sosial dan ekonomi di masyarakat.
“Pesantren dengan kelembagaan koperasi yang kuat, seperti yang ada di pondok pesantren, dapat menjadi solusi nyata untuk pemberdayaan masyarakat,” bebernya.
Irawan mengatakan, terdapat lebih dari 40.000 pondok pesantren di seluruh negeri, jika setidaknya 50% dari pesantren itu mereplikasi model koperasi seperti yang diterapkan di Kopontren Al-Ittifaq, maka program-program pemerintah untuk pemberdayaan masyarakat dan pengembangan ekonomi akan berjalan lebih efektif dan berdampak luas.
“Dengan dukungan pesantren yang mampu mengelola koperasi secara mandiri, program-program prioritas negara akan lebih mudah dijalankan dan membawa kemajuan yang signifikan bagi masyarakat,” tambahnya.
Erwin Tambunan
Artikel ini sudah terbit di jurnal-idn.com
